Jika Fomototo Sudah Ada Sejak 1945: Catatan Rahasia dari Arsip Digital Republik
Jika Fomototo Sudah Ada Sejak 1945: Catatan Rahasia dari Arsip Digital Republik
Blog Article
Tidak banyak yang tahu, tapi sebuah dokumen digital tua ditemukan di server museum nasional tahun lalu.
Di dalamnya, ada catatan dari masa lalu yang tak pernah tercatat di buku sejarah:
“Situs Fomototo digunakan oleh para pejuang untuk menenangkan pikiran.”
Kedengarannya absurd?
Tapi tunggu dulu. Mari kita bayangkan:
1. Ketika Soekarno Lelah Berpidato, Ia Membuka Fomototo
Bayangkan Presiden pertama Republik Indonesia, duduk di bawah pohon trembesi di Yogyakarta.
Pidato panjang. Delegasi alot.
Lalu ia berkata:
“Maaf, Bung Hatta. Saya login dulu ke situs Fomototo. Kepala saya mumet.”
Dengan pola warna yang disusun satu per satu, Bung Karno bisa tenang kembali, lalu melanjutkan orasi “Indonesia Merdeka!” tanpa tekanan darah naik.
2. Para Pejuang Butuh Tenang Sebelum Bertempur
Di sela strategi gerilya, para pejuang membuka tenda kecil.
Bukan untuk menyusun senjata,
tapi menyusun pola warna di layar hitam putih.
Karena mereka tahu:
Peperangan tak hanya butuh fisik kuat, tapi mental yang jernih.
Situs Fomototo menjadi ruang hening digital.
Bukan untuk hiburan, tapi untuk bertahan.
3. Proklamasi 2.0: “Kami, Bangsa Indonesia… Sempat Login Fomototo Dulu”
Sebelum membaca teks proklamasi, konon Soekarno sempat bilang:
“Tunggu sebentar, saya harus menyusun satu pola terakhir. Ini soal konsentrasi, Bung.”
Dan sejarah berubah sejak itu.
Zaman Berganti, Tapi Fomototo Tetap Bertahan
Kini kita hidup bukan di bawah penjajahan asing,
tapi di bawah tekanan algoritma, ekspektasi sosial, dan kelelahan digital.
Situs Fomototo tidak berubah fungsi.
Ia tetap menjadi tempat di mana orang bisa mengatur ulang pikirannya.
Bukan dengan kata-kata motivasi palsu, tapi dengan diam dan susunan visual yang menenangkan.
Penutup: Mungkin Kita Butuh Sedikit Fiksi untuk Bertahan di Dunia Nyata
Tentu saja semua di atas hanyalah fiksi.
Tapi bukan berarti tidak ada benarnya.
Karena pada akhirnya, di tengah hiruk pikuk hidup modern,
situs Fomototo mungkin adalah satu-satunya tempat yang tidak meminta apa-apa dari kita.
Kecuali… untuk diam sebentar, dan kembali jadi manusia.